Neisseria gonorrhoe

Jumat, 13 Juli 2012

1.      Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Phylum   : Proteobacteria
Class  :  Beta Proteobacteria
Ordo  : Neisseriales
Familia : Neisseriaceae
Genus  : Neisseria
Spesies : Neisseria gonorrhoeae

2.      Morfologi dan pewarnaan
Bakteri Neisseria gonorrhoeae oval dengan ukuran 0,8 μm x 0,6 μm, berpasangan (kadang-kadang berupa single coccus) dan berhadapan menurut sumbu panjangnya menyerupai biji kopi. Dari biakan murni, 25% tampak dalam bentuk berpasangan/ diplococcus, 75% tampak single coccus, tetras, 8 atau lebih.
Neisseria gonorrhoeae tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Bakteri ini tidak berkapsul, kecuali pada varians yang mukoid terdapat kapsul yang dapat dilihat dengan pewarnaan negative atau tes Quellung ??
Pada pewarnaan Gram, bersifat gram negative. Dapat diwarnai dengan baik dengan metilen biru atau metilen biru + eosin. Hasil pewarnaan terbaik dalah dengan pewarnaan polikromasi, misalnya dengan pewarnaan Pappenheim Saathoff dengan bahan methyl green-pyronine. Deteksi terhadap Neisseria gonorrhoeae dapat pula dengan fluorescent antibody staining (Tim Mikrobiologi, 2003).



3.      Biakan dan reaksi biokimia
Pada media sederhana sukar tumbuh dan diperlukan medium yang diperkaya. Bersifat aerob, suhu optimal yang dubutuhkan adalah 34-37°C dengan pH 7,2-7,6. Pertumbuhan terhenti pada suhu 30°C atau lebih dari 38,5°C. untuk pertumbuhannya juga memerlukan CO2 2-10%.
Koloni yang tumbuh pada agar coklat ( CAP ) yang diinkubasikan 48 jam, berbentuk bulat, konveks, halus, berwarna putih keabuan dengan diameter 0,5-1 mm. Pada inkubasi lebih lanjut koloni menjadi besar, kasar permukaannya, konsistensinya lunak. Untuk pertumbuhan yang baik, ke dalam medium masih diperlukan bahan-bahan, yaitu sebagai berikut :
a.       Menurut Dubos
Polimiksin B 25 unit/ml, untuk membunuh bakteri gram negative lainnya dan ristocetin 10 μg/ml untuk membunuh bakteri garam positif.
b.      Menurut Jawetz
Vankomisin 3 mg/ml, polimiksin B 100mg/ml, trimetropim 5 mg/ml, dan nistatin 2mg/ml.
Media selektif yang biasa digunakan adalah Thayer Martin media yang terdiri atas agar coklat yang mengandung :
ü  Vankomisin untuk menghambat bakteri gram positif.
ü  Kolistimetat untuk menghambat bakteri gram negative.
ü  Nistatin untuk menghambat jamur.
GAMBAR ??
Pada medium ini, setelah inkubasi 48 jam akan tampak koloni yang transparan, sedikit cembung, halus, mucoid, kecil-kecil seperti ujung jarum, nonhemolitik dengan diameter 1-5 mm.
Media yang digunakan untuk media transport adalah sedium Muller Hinton dan Transgrow.

Koloni genus Neisseria menghasilkan indofenol oksidase sehingga memberikan tes oksidase positif. Tes okdidase dilakukan dengan meneteskan reagen 1% tetrametil parafenilen diamin monohidrokhlorid pada koloni maka koloni akan berubah menjadi merah jambu dan makin lama menjadi hitam. Dalam tes ini, regen tersebut membunuh mikroorganisme tetapi tidak merubah morfologi dan sifat pewarnaan. Tes oksidase terganggu oleh adanya asam yang dihasilkan pada prosesperagian terhadap karbohidrat, tetapi dapat diatasi dengan penambahan natrium bikarbonat.
Neisseria gonorrhoeae  meragikan glukosa dengan membentuk asam tanpa gas dan tidak meragikan gula-gula yang lain ( Tim Mikrobiologi, 2003 dan Jawetz, Melnick, dan Adelberg, 2007).

4.      Sifat pertumbuhan
Neisseria tumbuh paling baik pada kondisi aerob, tetapi beberapa akan tumbuh di lingkungan anaerob. Bakteri ini memerlukan persyaratan yang rumit untuk dapat tumbuh.
Meningococcus dan gonococcus tumbuh paling baik pada media yang berisi substansi organic kompleks seperti darah yang dipanaskan, hemin, dan protein hewani serta pada lingkungan dengan CO2 5%. Pertumbuhan bakteri ini dihambat oleh beberapa unsur toksin medium, misalnya, asam lemak atau garam. Organisme ini dapat dengan cepat dibunuh dengan pengeringan, sinar matahari, pemanasan lembab, dan banyak desinfektan. Organisme ini memproduksi enzim autolitik yang menyebabkan pembengkakan dengan cepat dan lisis in vitro pada suhu 25°C dan pada pH basa (Jawetz, Melnick, dan Adelberg, 2007).



5.      Daya tahan
Dalam keadaan kering, bakteri mati dalm 1-2 jam, dan dengan pemanasan basah suhu 55°C bakteri mati dalam 5 menit. Pada pemberian argentum nitrat 1/4000, bakteri mati dalam 2 menit, dan pada biakan pada suhu kamar mati dalam 1-2 hari, sedangkan biakan pada 37°C mati dalam 4-6 hari.
Gonococcus sangat peka terhadap sulfonamide dan penisilin, tetapi galur yang ganas cepat resisten terhadap sulfonamide. Gonococcus dapat mengandung plasmid yang menurunkan sifat genetic dengan menghasilkan beta-laktamase yang menyebabkan resisten terhadap penisilin (Tim Mikrobiologi, 2003).

6.      Struktur antigen
Neisseria gonorrhoeae  secara antigen heterogen dan mampu mengubah struktur permukaannya in vitro dan mungkin in vivo, untuk menghindari daya tahan tubuh pejamu. Struktur permukaannya adalah sebagai berikut :
PERLU DIRINGKAS !!!!
A. Pili
Pili adalah tentakel berbentuk rambut yang dapat memanjang hingga beberapa mikrometer dari permukaan gonoccoci. Perpanjangan tersebut menempel pada sel inang dan resisten terhadap fagositosis. Mereka  terbuat dari sekumpulan protein pilin (BM 17.000-21.000). Terminal amino dari molekul  pilin, yang mengandung persentase yang tinggi dari asam amino hidrofobik tetap  dipertahankan. Rangkaian asam amino yang dekat dengan setengah porsi molekul juga dipertahankan; porsi tersebut menempel pada sel inang dan kurang dikenal oleh respon kekebalan. Asam amino yang dekat terminal karboksil sangat bervariasi; porsi molekul ini sangat dikenal oleh respon kekebalan. Pilin-pilin dari hampir seluruh strain Neisseria gonorrhoeae secara antigen berbeda-beda dan setiap strain dapat membuat bentuk pilin yang uni secara antigen.
B. Por
Por membesar hingga mencapai membran sel gonoccoci. Ini terjadi dalam trimer untuk membentuk pori-pori pada permukaan melalui nutrisi yang masuk ke dalam sel. Berat molekul por sangat bervariasi 34.000 hingga 37.000. Setiap strain gonoccocus hanya menampilkan satu tipe por, tetapi por dari strain yang berbeda, berbeda pula secara antigen. Pengklasifikasia secara serologis terhadap por dengan menggunakan reaksi aglutinasi dengan antibodi monoklonal dapat dibedakan menjadi 18 serovar PorA dan 28 serovar PorB (serotyping hanya dapat dilakukan berdasarkan referensi laboratorium).
C. Opa
Protein ini berfungsi dalam adhesi gonoccoci dalam koloni dan dalam penempelan gonoccoci pada sel inang, khususnya sel-sel yang menampilkan antigen karsinoembrionik (CD 66). Satu porsi dari molekul Opa berada di bagian terluar dari membrane gonoccoci dan sisanya berada pada permukaan. Berat molekul Opa berkisar antara 24.000 hingga 32.000. Setiap strain gonoccocus dapat menampilkan hingga tiga tipe Opa, dimana masing-masing strain memiliki lebih dari 10 gen untuk Opa yang berbeda-beda.
D. Rmp
Protein ini (BM sekitar 33.000) secara antigen tersimpan di semua gonoccoci. Protein ini mengubah berat molekulnya pada  saat terjadi reduksi. Mereka bergabung dengan Por pada saat pembentukan pori-pori pada permukaan sel. 
E. Lipooligosakarida (LOS)
Berbeda dengan batang enterik gram negatif, pada gonococci LPS tidak memiliki rantai antigen-O panjang dan disebut dengan lipooligosakarida. Berat molekulnya adalah 3000 - 7000. Gonococci dapat menampilkan Iebih dari satu rantai LOS yang secara antigen berbeda secara simultan. Toksisitas pada injeksi gonococci sebagian besar disebabkan oleh efek endotoksin dari LOS. Dalam bentuk perkembangbiakan secara molekuler, gonococci membuat molekul LOS yang secara struktural mirip dengan membran sel manusia, yaitu glikosfingolipid.
Gonococci LOS dan glikosingolipid manusia dengan struktur kelas yang sama, bereaksi dengan antibodi monokloral yang sama, mengindikasikan perkembangan secara molekuler LOS yang dipertahankan memiliki lakto-N-neotetraose glikose moietas yang sama terbagi dalam serial paraglobosid  glikosfingolipid manusia. Struktur glukosa neisseria LOS lainnya, globosid, gangliosid dan laktosid. Tampilan permukaan gonococci yang sama denga struktur permukaan pada sel manusia membantu gonococci untuk menghindar dari pengenalan kekebalan (immune recognition).
Terminal galaktosa dari glikostmoolipid sering berkonjugasi  dengan asam sialat. Asam sialat adalah asam 9 karbon yang juga disebut dengan asam N asetilneuraminat (NANA). Gonococci tidak membuat asam sialat tetapi membuat sialiltransferase yang berfungsi untuk mengambil NANA dari nukleotida otila asam sitidine 5-monofosfo-Nasetilneuraminat (CMP-NANA) dan menempatkan NANA pada terminal galaktosa dari gonococci penerima LOS.
Sialilasi berdampak pada patogenesis  dari infeksi gonococci. Ini membuat gonococci resisten untuk dimatikan oleh sistem antibodi manusia dan mengintervensi gonococci yang mengikat pada penerima (reseptor) dari sel fagositik.
Neisseria meningtidis dan Haemophilus  influenzae membuat banyak tapi tidak semua struktur LOS yang sama pada Neisseria gonorrhoeae. Biologi dari ketiga spesies LOS dan beberapa dari spesies neisseriae nonpatogenik adalah sama. Empat serogrup dari Neisseria meningtidis membuat kapsul asam sialat yang berbeda, mengindikasikan bahwa mereka juga memiliki pola biosintetik yang berbeda dari gonococci. Keempat serogrup ini bersialilate dengan LOS-nya menggunakan asam sialat yang berasal dari kolam endogenus.
F. Protein Lain
Beberapa protein gonococci yang konstan secara antigen memiliki kinerja yang kurang jelas dalam patogenesisnya. Lip (H8) adalah protein yang terdapat pada permukaan dimana heat- modifiable seperti Opa. Fbp (iron binding protein), yang berat molekulnya sama dengan Por, tampak pada saat persediaan besi terbatas, misalnya infeksi pada manusia. Gonococci mengkolaborasi IgA1 protease yang memisah dan menonaktifkan IgA1, sebagian besar selaput lendir immunoglobulin manusia. Meningococci, Haemophilus influenzae dan Streptococcus pneumoniae mengkolaborasi protease IgA1 yang sama.
Genetik dan Heterogenitas Antigen Gonococci telah mengembangkan mekanisme perpindahan yang dimulai dari satu bentuk antigen (pilin, Opa atau lipopolisakarida) ke bentuk antigen yang lain dari molekul yang sama. Perpindahan tersebut membutuhkan satu tempat untuk setiap 10 2,5- 10 3 gonococci, sebuah perubahan yang sangat cepat  bagi bakteri. Karena pilin, Opa dan lipopolisakacida adalah antigen yang terdapat pada permukaan gonococci, mereka berperan penting dalam respon kekebalan terhadap infeksi. Molekul-molekul yang cepat berpindah dari satu bentuk antigen ke bentuk yang lain membantu gonococci untuk mampu menghindar dari sistem kekebalan inang.
Mekanisme perubahan untuk pilin, yang paling banyak dipelajari, berbeda dari mekanisme pada Opa.
Gonococci memiliki gen yang jamak, namun hanya satu gen yang dimasukkan ke dalam daerah penampakan. Gonococci menghilangkan seluruh atau sebagian dari gen pilin dan menggantikannya dengan seluruh atau sebagian dari gen pilin yang lain.
Mekanisme ini membuat gonococci dapat muncul dalam berbagai bentuk molekul pilin sepanjang waktu. Mekanisme perpindahan Opa, penambahan atau penghilangan DNA dari satu atau lebih kode pentamerik mengulang rangkaian. kode-kode untuk struktur gen Opa. Mekanisme perpindahan lipopolisakarida masih belum diketahui. Gonococci mengandung beberapa plasmid;  95% strain memiliki plasmid cryptic kecil (BM 2,4 x 106) dari fungsi yang belum diketahui. Sedangkan dua lainnya (BM 3,4 x 106 dan BM 4,7 x 106) mengandung gen yang mempunyai  kode produksi ­-laktamase,  dimana menyebabkan mereka resisten terhadap penicillin. Plasmid-plasmid ini berpindah melalui konjugasi antara gonococci; mereka mirip dengan plasmid yang ditemukan pada haemofilus yang memproduksi penisilinase dan didapat dari haemofilus atau organisme gram negatif lain. 5-20% gonococci  mengandung sebuah plasmid (BM 24,5 x 106) dengan gen-gen yang terkode untuk berkonjugasi; kejadian paling tinggi terdapat di area geografis dimana penisilinase yang menghasilkan gonococci banyak ditemui. Resistensi terhadap tetrasiklin yang tinggi telah berkembang di dalam gonococci melalui pemasukan kode gen streptococci ke dalam plasmid yang berkonjugasi (Jawetz, Melnick, dan Adelberg, 2007).

7.      Patogenesis, Patologi dan Manifestasi klinik DIBUAT SKEMA !!!
Gonococci menunjukkan beberapa tipe morfologi koloni,  tetapi hanya tipe 1 dan 2 yang tampaknya virulen dan mempunyai pili yang melekat pada sel-sel epitel dan membantu melawan fagositosis. Gonococci yang membentuk koloni opak dan menghasilkan Opa diisolasi dari pria yang menderita uretritis simtomatik dan dari biakan serviks rahim di tengah siklus. Gonococci yang membentuk koloni transparan sering diisolasi dari pria yang menderita infeksi  uretra asimtomatik, dari wanita yang sedang haid, dan dari gonorrhoe bentuk invasif, termasuk salpingitis dan infeksi yang tersebar luas.
Pada wanita, tipe koloni yang dibentuk oleh  satu strain gonococci akan berubah-ubah selama siklus menstruasi. Gonococci menyerang selaput lendir saluran genitourinari, mata, rektum, dan tenggorokan, mengakibatkan supurasi akut yang dapat menyebabkan invasi jaringan; hal ini diikuti oleh peradangan kronis dan fibrosis.
Pada pria biasanya  terdapat uretritis, dengan nanah yang berwarna krem kuning dan nyeri waktu kencing. Proses dapat menjalar ke epididimis. Pada infeksi yang tidak diobati, sementara supurasi mereda, terjadi fibrosis, yang kadang-kadang mengakibatkan striktur uretra.  Infeksi uretra pada pria dapat tanpa gejala. Pada wanita, infeksi primer terjadi di endoserviks dan meluas ke uretra dan vagina, mengakibatkan sekret mukopurulen. Infeksi kemudian dapat menjalar ke tuba uterina dan menyebabkan salpingitis,  fibrosis, dan obliterasi tuba. Infertilitas terjadi pada 20% wanita yang menderita salpingitis gonococci. Servisitis kronis atau proktitis akibat gonococci sering tanpa gejala. Bakteremia gonococci mengakibatkan lesi kulit (terutama papula hemoragik dan pustula) pada tangan, lengan bagian bawah, kaki, dan tungkai bawah, serta tenosinovitis dan artritis supuratif,  biasanya pada lutut, pergelangan kaki, dan pergelangan tangan. Gonococci dapat dibiak dari darah dan cairan sendi hanya pada 30% penderita artritis gonococci. Endokarditis gonococci tidak umum, tetapi menyebabkan infeksi hebat. Gonococci kadang-kadang menyebabkan meningitis dan infeksi mata pada orang dewasa; gejalanya menyerupai penyakit yang disebabkan meningokokus.
Oftalmia neonatorum gonococci, infeksi mata pada bayi yang baru lahir, diperoleh ketika bayi melewati jalan lahir yang terinfeksi. Konjungtivitis yang timbul dapat berkembang cepat dan, jika tidak diobati, akan mengakibatkan kebutaan. Untuk menghindari penyakit ini, di AS diwajibkan penetesan tetrasiklin, eritromisin, atau perak nitrat ke dalam kantong konjungtiva bayi yang baru lahir.
Gonococci yang menyebabkan infeksi lokal  sering peka terhadap serum tetapi relatif resisten terhadap obat antimikroba. Sebaliknya, gonococci yang masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan infeksi yang menyebar biasanya resisten terhadap serum tetapi peka terhadap penisilin dan obat antimikroba lainnya  serta berasal dari auksotipe yang memerlukan arginin, hipoxantin, dan urasil untuk pertumbuhannya (Jawetz, Melnick, dan Adelberg, 2007).

8.      Bentuk klinis
Masa inkubasi penyakit bervariasi antara 1-31 hari, biasanya, selitar 4 hari atau 2-8 hari.
v  Gejala pada laki-laki
a)      Urethritis anterior acuta
Keluhan : mula-mula rasa gatal dan panas seperti terbakar di bagian distal urethra. Kadang-kadang terdapat pula ereksi-ereksi yang nyeri, demam dan leukositosis. Tetapi pada 10% penderita terjadi tanpa gejala sama sekali,disebut urethritis gonorrhoeica yang asimptomatik. Kemudian, dari mulut urethra, akan keluar sekret yang mukopurulent berwarna kuning.
Neisseria gonorrhoeae tidak bisa menyerang epitel squamous bertatah tetapi menyerang epitel stratified columnar. Penetrasi bakteri ke dinding urethra laki-laki lewat ruang interseluler dan mencapai jaringanbawah epitel pada hari ke 3-4. Sel PMN, limfosit, sel plasma dan sel mast, segera muncul di tempat tersebut terutama di daerah kelenjar littre dan salurannya, serta Lacuna morgagni. Sejumlah besar leukosit dan serum yang mengandung gonococcus masuk ke lumen urethra menimbulkan secret yang khas disebut ecoulement. Saluran kelenjar littre dapat tersumbat sehingga terbentuk retensi kista dan terbentuk abses. Penyebaran bakteri (INI MEKANISME) selanjutnya melalui jaaringan bawah epitel dan secara limfogen, menimbulkan prostatitis dan epididymitis. Keluhan prostatitis misalnya anyang-anyangen (dull pain) di daerah perineum dan dengan rectal touching (massase prostat) dapat dikeluarkan secret.
Pada pemeriksaan klinis : osteum urethra eksterna tampak merah bengak dan ekteropion.
b)      Urethritis posterior
Biasanya, terjadi dua minggu sesudah urethritis akut. Keluhan yang timbul sama dengan urethritis anterior, hanya tempat yang sakit di bagian proksimal urethra. Terdapat keluhan-keluhan miksi, seperti dysuria, polakisuria, miksuria bahkan hematuria.
c)      Pan urethritis yang menahun
Di sini, gejala hanya ringan saja, berupa tetesan-tetesan nanah atau bercak pada celana pada pagi hari, yang disebut bonjour drops, la goutte millitaire atau good morning drops.
Penyembuhan di urethra menimbulkan striktura dimana epitel bertatah menggantikan epitel kolumnar yang rusak. Dalam hal ini pengobatan harus membuka saluran urethra yang tertutup itu dengan alat-alat khusus (bougie).
v  Gejala pada wanita
Sekitar 20-80%, gonorrhoe pada wanita bersifat asimptomatik. Pada wanita infeksinya bisa dibagi menurut letak organ, yaitu sebagai berikut :
a)      Gonorrhoe bagian bawah
Gejala tampak pada serviks dan organ di bawahnya, yaitu pada:
ü  Kelenjar serviks terdapat sekret mukopurulent,
ü  Kelenjar skene,
ü  Kelenjar Bartholini, terjadi bartolinitis yang biasanya unilateral,
ü  Rectum, timbul proktitis,
ü  Vulva-vagina, terjadi vulvovaginitis.
b)      Gonorrhoe bagian tengah
Akan menyebabkan endometritis.
c)      Gonorrhoe bagian atas
Menyebabkan Pelvic Inflamatory Disease (P.I.D), juga salpingitis (pada tuba falopii) yang biasanya bilateral dan bila kedua tuba sampai tertutup dapat menyebabkan sterilitas pada wanita. Sekitar 40%, gonorrhoeica, karena hubungan seks melalui anus, sedang pada alki-laki proktitis terjadi pada homoseksual.

Selain gejala-gejala di atas, baik pada laki-laki maupun wanita, sering didapati adanya ekstragenital gonorrhoe pada farings. Hal itu dapat terjadi karena hubungan seks yang tidak wajar (fellatio cunnilingus). Juga pada bayi baru lahir, gonococcus dapat menyerang mata karena mata berhubungan dengan vulva dan vagina ibu yang menderita gonorrhoe. Pencegahan dilakukan dengan tindakan crede yaitu dengan meneteskan AgNO3 atau sekarang bisa pula dengan salep teramisin atau salep antibiotika yang lain; namun demikian sering gagal pada kondisi premature atau PRM. Gejala pada mata disebut conjunctivitis gonorrhoeica atau gonoblenorrhoe dan bisa menimbulkan kebutaan.
Pada anak perempuan umur 2-8 tahun dapat terjadi vulvovaginitis karena epitel anak perempuan adalah kolumnar. Juga dapat disebabkan karena pHvagina yang alkalis.

v  Komplikasi
a)      Septicemia (bacteremia), dengan gejala menggigil dan timbulnya lesi-lesi pada kulit berupa papula hemoragik atau pustula.
b)      Arthritis
Dapat terjadi oleh karena penyebaran secra hematogen. Bentuk ini sangat gans dan infeksius, bisa menyerang satu atau dua sendi, biasanya sendi lutut, pergelangan tangan dan siku. Namun demikian, pemeriksaan biakan dari cairan sendi seringkali negatif
c)      Osteomyelitis
d)     Endocarditis sub akut
e)      Meningitis
f)       Perihepatitis
g)      Peritonitis umum
(Tim Mikrobiologi, 2003).
9.      Specimen
Pus dan sekret diambil dari urethra, serviks, rectum, konjungtiva, tenggorokan, atau cairan synovial untuk dibiakkan dan dibuat sediaan apus. Biakan darah pentingdilakukan pada penyakit sistemik, tetapi system biakan khusus dapat membantu, karena gonococcus (dan meningococcus) sensitive terhadap sulfonat polianetol yang ada dalam medium biakan darah standar (Jawetz, Melnick, dan Adelberg, 2007).

10.  Diagnose laboratorium (LANGSUNG SAJA SAMPEL PEMERIKSAAN)
Untuk pengambilan bahan pemeriksaan, diperlukan prasarana sebagai berikut:
a)      Kapas steril.
b)      Kapas lidi (kapas yang diberi tangkai dengan panjang 10-20 cm) steril.
c)      Speculum vagina, khusus untuk pengambilan bahan pada wanita dari vagina dan srviks uteri.
d)     Tabung steril untuk mengirimkan bahan ke laboratorium atau lebih baik specimen dimasukkan ke dalam medium transport.
Untuk specimen dari penderita laki-laki :
a)      Berupa nanah yang keluar dari urethra.
b)      Bila terhadi uretrhritis posterior, bahan pemeriksaan diambil dengan cara memasukkan kapas lidi steril yang dibasahi aquadest ke dalam urethra.
c)      Dapat berupa hasil sentrifugasi dari urin.
d)     Pada prostatitis, specimen diperoleh dari endapan urin setelah pemijatan kelenjar prostat.
Selain itu, specimen pada wanita dan laki-laki juga bisa diambil dari rectum (proktitis), sendi (artritis), mata (gonoblenorrhoe), darah (gonokoksemia); faring (faringitis), kulit (lesi kutaneus).
Beberapa keadaan yang dapat merupakan rangsangan untuk maksud pengambilan specimen adalah :
a)      Rangsangan alamiah, misalnya menstruasi;
b)      Rangsangan fisiologis, misalnya koitus menggunakan kondom;
c)      Rangsangan artifisial;
ü  Mekanik, massase urethra laki-laki dan massase vesikuloprostat,
ü  Khemis,
ü  Minum alcohol.
Selanjutnya, terhadap specimen dilakukan :
a)      Pemeriksaan langsung dengan pewarnaan gram,
b)      Pembiakan pada medium selektif,
c)      Fermentasi gula-gula,
d)     IFA (Immune Fluorescence Antibody) technique.
Pada diagnosis laboratorium, perlu diingat adanya bakteri atau organisme lain yang terdapat di daerah system urogenital eksterna yang sering ikut terambil oleh kapas lidi steril yang digunakan sehingga harus berhati-hati dalam menegakkan diagnosis gonorrhoe (Tim Mikrobiologi, 2003).

11.  Pengobatan
Untuk pengobatan, penisilin merupakan obat pilihan, tetapi sekarang diperlakukan dosis yang sangat besar karena mekanisme resitensi bakteri.
1.      Procaine penicillin G (injeksi) atau ampisilin (per oral), yang dikombinasi dengan probenisid.
2.      Obat lainnya : tetrasiklin, spektinomisin, kanamisin, dan golongan kuinolon
Terdapat kesulitan untuk melakukan control terhadap penyakit gonorrhoe oleh karena beberapa hal berikut ini :
a)      Masa inkubasi yang sangat pendek.
b)      Adanya gonorrhoe asimptomatik.
c)      Aktivitas seksual dengan partner seks yang banyak.
d)     Kadar hambat minimal penisilin terhadap Neisseria gonorrhoeae yang makin meningkat.
(Tim Mikrobiologi, 2003)
12.  Imunitas
Infeksi gonococcus berulang sering terjadi. Imunitas protektif terhadap reinfeksi tidak muncul sebagai bagian dari proses penyakit, karena adanya variasi antigen gonococcus. Saat antibody muncul, termasuk IgA dan IgG pada permukaan mukosa, antibody ini sangat spesifik untuk setiap strain atau mempunyai sedikit kemampuan proteksi (Jawetz, Melnick, dan Adelberg, 2007).

13.  Pencegahan dan pengendalian
a)      Profilaksis mekanis dengan kondom.
b)      Pendidikan kesehatan (health education).
c)      Pencegahan dengan obat antimikroba tidak dianjurkan karena cenderung meningkatkan resistensi bakteri.
d)     Tindakan crede pada bayi yang baru lahir.
(Tim Mikrobiologi, 2003).














BAB III
PENUTUP
A.      KESIMPULAN
       I.   Treponema pallidum
Treponema pallidum berbentuk spiral yang ramping dengan lebar kira-kira 0,2 μm dan panjang 5-15 μm.
Treponema pallidum  ini dapat menyebabkan penyakit sifilis yang merupakan penyakit kelamin ditularkan melalui hubungan kelamin atau melalui sentuhan terhadap luka-luka kulit penderita. Jika yang mengidap penyakit ini adalah wanita hamil, janin akan dapat tertular. Sifilis ada 3 tingkatan yaitu sifilis primer (lues I), kelainan klinis pada lues I berupa ulkus durum. Lesi primer pada lues I ini dapat sembuh sendiri dalam waktu 10-40 hari tanpa diberi pengobatan. Sifilis sekunder ( lues II ) timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah lesi primer sembuh, rata-rata sekitar 3 bulan. Kelainan yang timbul pada kulit dan mukosa berupa lesi-lesi yang sangat infeksius. Lesi sekunder akan hilang dalm waktu 3-12 bulan kemudian timbul dan menghilang berulang-ulang selama sekitar 4-5 tahun. Sifilis tersier ( lues III ) Sekitar 3-10 tahun setelah sifilis sekunder, pada penderita akan ditemukan adanya lesi granulomatous yang disebut gumma. Kelainan ini sifatnya local dan ditemukan pada kulit, tulang, dan hepar. Manifestasi klinis dari sifilis tersier antara lain, berupa :
ü  Sifilis kardiovaskuler,
ü  Neurosifilis,
ü  Sifilis kongenital.
ü   
    II.   Neisseria gonorrhoeae
Neisseria gonorrhoeae adalah bakteri gram negative coccus yang bentuknya menyerupai biji kopi yang berhadapan.
Neisseria gonorrhoeae ini dapat menyebabkan penyakit gonorrhoe yang merupakan penyakit kelamin ditularkan melalui hubungan kelamin.
Gejala pada laki-laki diawali dengan urethritis anterior acuta dengan keluhan rasa gatal dan panas seperti terbakar pada bagian distal urethra. Kadang-kadang disertai dengan ereksi-ereksi yang nyeri serta demam dan leukositosis. Kemudian urethritis posterior dengan keluhan yang sama dengan urethritis anterior hanya tempat yang sakit dibagian proksimal urethra. Setalah itu dilanjutkan dengan pan urethritis yang menahun dengan gejala yang ringan saja, berupa tetesan nanah atau bercak celana di padi hari yang disebut bonjour drops.
Gejala pada wanita seringkali bersifat asimptomatik (tanpa gejala). Pada wanita infeksinya dibagi menurut letak organ yaitu, gonorrhoe bagian bawah dengan gejala yang Nampak pada serviks dan organ dibawahnya, gonorrhoe bagian tengah yang akan menyebabkan endometritis, gonorrhoe bagian atas yang menyebabkan Pelvic Inflamatory Disease (PID).
Selain gejala diatas, baik pada laki-laki maupun wanita sering didapati adanya ekstragenital gonorrhoe pada faring. Hal itu dapat terjadi karena hubungan seks yang tidak wajar. Juga bisa menyerang pada bayi baru lahir dan bayi premature yang menyebabkan conjunctivitis gonorrhoeica atau gonoblenorrhoe.










DAFTAR PUSTAKA

1.      Jawetz, Melnick, Adelberg. 2007. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23. Jakarta : EGC (hal : 300-306 dan 338-341)
2.      Tim Mikrobiologi FK universitas Brawijaya. 2003. Bakteriologi Medik. Malang : Bayumedia Publishing. (hal : 161-167 dan 318-325)
3.      Suryono, Bambang. 1995. Bakteriologi Umum dan Bakteriologi Klinik. Semarang : Akademi Analis Kesehatan Bhakti Wiyata (hal : 124-128 dan 248-252)
4.      Muliawan, Sylvia Y. 2008. Bakteri Spiral Patogen (Treponema, Leptospira, dan Borrelia). Jakarta : Erlangga (hal : 12-51)
(diunduh 18 April 2012 pukul 13.07 WIB)
(diunduh 18 April 2012 pukul 13.14 WIB)

0 komentar:

Posting Komentar